This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 25 Juni 2013

Makalah Ilmiah


PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

Susiatut Thoifah1) Haris Kolengsusu2)
Program Studi Pendidikan Matematika UNIDAR, Ambon 97582
Email : Ifahmath@student.unidar.ac.id
Abstrak
Berawal dari kekurangmampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah yang berkaitan dengan pemahaman konsep sehingga hasil belajar siswa menjadi rendah. Pada saat  proses pembelajaran berlangsung, guru aktif, sementara siswa terlihat pasif  dan cenderung satu arah. Salah satu estimasi usaha yang dapat dilakukan untuk  meningkatkan pemahaman konsep matematika siswadalah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS).
Kata Kunci :Penerapan Model Think Pair Share Terhadap Pemahaman Konsep



PENDAHULUAN
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, baik aspek terapan maupun aspek penalaran, mempunyai peranan penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi. Matematika juga dapat digunakan untuk bekal terjun, dan bersosialisasi di masyarakat. Misalnya orang yang telah mempelajari matematika diharapkan bisa menyerap informasi secara lebih rasional dan berpikir secara logis dalam menghadapi situasi di masyarakat. Oleh karena itu matematika perlu diajarkan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi. Menurut Permendiknas No 22 Tahun 2006 (Depdiknas, 2006: 346) salah satu tujuan matematika pada pendidikan menengah adalah agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Kemampuan siswa yang rendah dalam menyelesaikan soal matematika yang berkaitan dengan pemahaman konsep tentunya menjadi masalah dalam pembelajaran matematika. Pemahaman terhadap suatu konsep sangat penting karena apabila siswa menguasai konsep materi prasyarat maka siswa akan mudah untuk memahami konsep materi selanjutnya. Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi, guru perlu menerapkan suatu model pembelajaran yang bisa membuat siswa memahami konsep, aktif menghadapi proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar. Salah satu model pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk adalah model pembelajaran kooperatif. Salah satunya adalah Think Pair Share.
Pembelajaran model kooperatif tipe Think Pair Share dapat mengembangkan potensi yang dimiliki siswa secara aktif, karena siswa dibagi ke dalam kelompok yang beranggotakan 2 orang. Dalam Anita (2002:45) dipaparkan keuntungan kelompok yang beranggotakan dua orang yaitu:
a.     Meningkatkan partisipasi siswa
b.     Lebih banyak untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok
c.     Interaksi lebih mudah
d.     Cocok untuk tugas sederhana
e.     Lebih mudah dan cepat membentuknya
Tahap-Tahap pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dijelaskan oleh  Ibrahim (2000:26) yaitu:
 Tahap-1: Thinking (berpikir).
                Guru mengajukan pertanyaan atau isu yangberhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
Tahap-2: Pairing (berpasangan).
     Guru meminta siswa berpasangan dengan yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan atau berbagai ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
Tahap-3: Sharing (berbagi).
     Pada tahap akhir, guru meminta kepada siswa untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkansampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Menurut Gagne, Robert M. dalam Isti H.K(2011) menyatakan bahwa konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan kita dapat mengelompokkan objek ke dalam contoh dan non contoh. Konsep matematika yaitu segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat dan inti /isi dari materi matematika dalam Isti H.K(2011).
Berikut ini indikator siswa yang memahami suatu konsep menurut KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) tahun 2006 :



a.    Menyatakan ulang sebuah konsep.
b.    Mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya).
c.     Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.
d.    Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.
e.     Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.
f.     Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
g.     Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.
Pemahaman terhadap konsep sangat penting karena apabila siswa menguasai konsep materi prasyarat maka siswa akan mudah untuk memahami konsep materi selanjutnya. Siswa yang memahami suatu konsep juga akan dapat menyelesaikan berbagai macam persoalan dan variasinya. Namun saat ini permasalahan yang dihadapi oleh guru adalah siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep matematika sehingga lamban dalam menyelesaikan soal matematika. Dengan TPS diharapkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran matematika dengan menyenangkan sehingga kemampuan pemahaman konsep.

METODE PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen. Dalam penelitian ini digunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data mengenai perbandingan kemampuan pemahaman konsep matematika  diolah secara kuantitatif, dengan menggunakan penelitian Randomized Control Group Only Design. Pada kelas eksperimen diajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS sedangkan pada kelas kontrol dilaksanakan pembelajaran secara konvensional. Populasi Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas XI SMA Semen Padang  tahun ajaran 2011/2012. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Jenis data dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer Kemampuan pemahaman matematika siswa yang diperoleh dari pemberian tes akhir untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data sekunder meliputi data nilai UH 1 siswa kelas XI IPS SMA Semen Padang tahun pelajaran 2011/2012 untuk mata pelajaran matematika dan data jumlah siswa yang menjadi sampel penelitian.






HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh deskripsi statistik dari kelas sampel.  Tes akhir diikuti oleh 33 orang dari kelas eksperimen dan 32orang dari kelas kontrol. Untuk menarik kesimpulan tentang data yang diperoleh dari tes akhir ini, maka dilakukan analisis statistik dengan melihat skor rata-rata (µ) , standar deviasi (), variansi () yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.  Hasil Analisis Data Tes Akhir Siswa
Kelas
N
µ
Xmaks
Xmin
Eksperimen
33
21.85
3,36
0.59
27
15
Kontrol
32
19,13
4,20
0.74
25
10







Berdasarkan Tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol yaitu 21,85 dan 19,13 dan terlihat simpangan baku pada kelas eksperimen lebih kecil daripada kelas kontrol yakni 3,36 dan 4,20. Dengan demikian, nilai rata-rata yang diperoleh kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.
Namun secara umum terlihat bahwa pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol, hal ini dapat dilihat dari tabel 2



Tabel 2.Hasil Analisis Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen dan Kontrol Berdasarkan   Indikator


No

Indikator Pemahaman Konsep
Kelas Eksperimen
Kelas
Kontrol
1.
mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep
79,79
16.13
59,09
26,84
2.
menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis
83,03
13,70
72,72
16.76
3.
Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu
76,26
22,44
70,31
21.54


Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat hasil tes pemahaman konsep siswa kelas eksperimen dan kontrol  untuk indikator pertama, nilai rata-rata siswa adalah  79,79 dan 59,09. Pada indikator ke-2, nilai rata-rata siswa 83.03 dan 72.72, sedangkan pada indikator ke-3 nilai rata-rata siswa adalah 76,26 dan 70,31.
Berdasarkan analisis pada Tabel 1 dan 2 terlihat bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen(µ1) adalah 21.85 dan rata-rata hasil belajar pada kelas kontrol (µ2) adalah 19.13.  Pada taraf nyata  hasil uji normalitas dengan menggunakan Anderson Darling diperoleh p-value untuk kelas eksperimen 0.300 dan untuk kelas kontrol 0.132 dapat disimpulkan data menyebar normal. Uji homogenitas dengan menggunakan uji-F diperoleh p-value 0.216 dapat disimpulkan data homogen. Uji hipotesis menggunakan uji-T diperoleh T hitung lebih kecil dari T tabel sehingga tolak hipotesis nol. Dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep siswa yang diajar dengan  model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik daripada pemahaman konsep siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional.
Berdasarkan hasil analisis data hasil tes pemahaman konsep menunjukkan bahwa pemahaman konsep siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik  daripada siswa yang  diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari nilai rata-rata kelas kontrol.Selama melakukan kegiatan penelitian, peneliti melihat bahwa siswa kelas eksperimen lebih bersemangat dalam belajar dari pada siswa kelas kontrol. Gambaran nilai yang diperoleh pada kedua kelas sampel sejalan dengan hasil pengamatan yang peneliti amati selama pembelajaran. Pada kelas eksperimen siswa memiliki kebebasan dalam berekspresi, mulai dari mengemukakan pendapat kepada guru dan teman, mengerjakan latihan hingga mampu bersosialisasi dalam kelompoknya masing-masing. Sehingga menimbulkan semangat lebih tinggi dalam memperhatikan dan merespon penjelasan guru dibandingkan dengan siswa kelas kontrol. Siswa kelas kontrol terlihat kurang bersemangat dalam belajar, cepat bosan serta mereka tidak berusaha untuk mengembangkan kemampuan mereka. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa pada kelas eksperimen cukup paham dengan materi yang disajikan akibatnya pemahaman konsep siswa pada kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol.
Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pemahaman konsep siswa yang merupakan salah satu aspek dari hasil belajar. Dalam kemampuan pemahaman konsep ada beberapa indikator yang diperhatikan, dalam penelitian ini peneliti hanya mengamati indikator mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis dan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
Setelah dilakukan tes akhir pada kelas sampel, diperoleh data mengenai kemampuan pemahaman konsep siswa. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS terlihat siswa sudah mampu memahami persoalan yang diberikan. Dalam menjawab soal yang diberikan siswa sudah bisa memenuhi ketiga indikator pemahaman konsep dengan baik. Berdasarkan hasil jawaban siswa pada soal tes pemahaman konsep beberapa orang siswa ada yang sama baik hasil jawabannya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator pemahaman konsep lebih berkembang pada kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol meskipun perbedaannya tidak terlalu mencolok. Indikator  pemahaman konsep yang paling berkembang adalah indikator ke-2 yaitu : Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentumenyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. Sedangkan indikator yang kurang berkembang adalah indikator ke-3 yaitu menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
Ada beberapa kendala yang peneliti hadapi selama melaksanakan penelitian ini. Kendala pertama yaitu sulitnya mengelola kelompok, karena pada siswa cenderung ingin memilih pasangannya sendiri karena umumnya kelompok terdiri dari laki-laki dan perempuan, sehingga siswa merasa malu untuk saling berinteraksi. Selain itu, sifat individual siswa yang kemampuannya lebih dan sifat rendah diri dari siswa yang kemampuanya kurang juga menjadi kendala dalam pengelolaan kelompok.
Kendala kedua yaitu pada saat menjawab LKS dengan menggunakan TPS . Pada waktu LKS dibagikan siswa langsung mengerjakan soal-soal yang ada pada LKS tanpa mengikuti aba-aba dari guru terlebih dahulu, sehingga pada pertemuan pertama penerapan model pembelajaran Think Pair Share belum sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru. Tetapi pada pertemuan selanjutnya siswa sudah mulai tertib dan mengikuti langkah-langkah dari model pembelajaran Think Pair Share.
Kendala ketiga dalam presentasi hasil diskusi, tidak semua kelompok dapat tampil untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Selain itu, keterbatasan masih ada terlihat siswa yang malas untuk mengerjakan latihan dan membiarkan temannya untuk mengerjakannya sendiri. Sehingga ada siswa yang mendapat nilai yang tidak sesuai dengan kemampuannya.


SIMPULAN DAN SARAN
 Berdasarakan uraian di atas dapat disimpulkan terlihat bahwa selama diterapkan pembelajaran kooperatif TPS pemahaman konsep pada pembelajaran matematika siswa lebih baik baik daripada pemahaman konsep matematika siswa yang  diajar dengan pembelajaran konvensional.           
 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan disarankan agar Guru bidang studi matematika, khususnya guru SMA Semen Padang dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)  yang merupakan salah satu usaha untuk pemahaman konsep  matematika siswa.
Penelitian ini masih terbatas pada pemahaman konsep saja, diharapkan ada penelitian lanjutannya dalam ruang lingkup yang lebih luas.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak pihak yang telah membantu saya dalam penyelesaian tugas ini. Khusus kepada Bpk. Haris Kolengsusu, S. Pd., M. Cs. selaku dosen Matematika Diskit saya haturkan terima kasih banyak karena telah meluangkan waktu beliau untuk membuat template sebagai pedoman pembuatan artikel ataupun makalah ilmiah yang sangat membantu saya dalam penyelesaian makalah ini, dan dengan adanya tugas ini saya bisa mengenal makalah ilmiah

DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie. 2002. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Muslimin Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Unesa- University                        Press.
Tim Penyusun. 2006. Pedoman Model Penilaian Kelas KTSP TK-SD-SMPSMA-SMK-MI-MTs-MA-MAK. Tersedia di http:/pengertian+pemahaman+konsep+matematika/2011/01/06/ UPI-Bandung. Diakses pada tanggal 25 Januari 2012