PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN
KONSEP
Susiatut Thoifah1) Haris Kolengsusu2)
Program Studi Pendidikan Matematika UNIDAR, Ambon 97582
Email : Ifahmath@student.unidar.ac.id
Abstrak
Berawal dari kekurangmampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah yang berkaitan dengan pemahaman konsep sehingga
hasil belajar siswa menjadi rendah. Pada saat proses pembelajaran berlangsung,
guru aktif,
sementara siswa terlihat pasif dan
cenderung satu arah.
Salah satu estimasi usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemahaman
konsep matematika siswa adalah dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS).
Kata Kunci :Penerapan Model Think
Pair Share Terhadap Pemahaman Konsep
PENDAHULUAN
Matematika
sebagai salah satu ilmu dasar, baik aspek terapan maupun aspek penalaran,
mempunyai peranan penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi. Matematika
juga dapat digunakan untuk bekal terjun, dan bersosialisasi di masyarakat. Misalnya orang yang telah
mempelajari matematika diharapkan bisa menyerap informasi secara lebih rasional
dan berpikir secara logis dalam menghadapi situasi di masyarakat. Oleh karena
itu matematika perlu diajarkan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari
Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi. Menurut Permendiknas No 22 Tahun 2006
(Depdiknas, 2006: 346) salah satu tujuan matematika pada pendidikan menengah
adalah agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma,
secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Kemampuan siswa
yang rendah dalam menyelesaikan soal matematika yang berkaitan dengan pemahaman
konsep tentunya menjadi masalah dalam pembelajaran matematika. Pemahaman
terhadap suatu konsep sangat penting karena apabila siswa menguasai konsep
materi prasyarat maka siswa akan mudah untuk memahami konsep materi
selanjutnya. Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi, guru perlu menerapkan
suatu model pembelajaran yang bisa membuat siswa memahami konsep, aktif
menghadapi proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar. Salah satu
model pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk adalah model pembelajaran
kooperatif. Salah satunya adalah Think
Pair Share.
Pembelajaran
model kooperatif tipe Think Pair Share
dapat mengembangkan potensi yang dimiliki siswa secara aktif, karena siswa
dibagi ke dalam kelompok yang beranggotakan 2 orang. Dalam Anita (2002:45)
dipaparkan keuntungan kelompok yang beranggotakan dua orang yaitu:
a.
Meningkatkan
partisipasi siswa
b.
Lebih banyak
untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok
c.
Interaksi lebih
mudah
d.
Cocok untuk tugas
sederhana
e.
Lebih mudah dan
cepat membentuknya
Tahap-Tahap
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dijelaskan oleh Ibrahim (2000:26) yaitu:
Tahap-1: Thinking
(berpikir).
Guru mengajukan pertanyaan atau isu yangberhubungan dengan pelajaran,
kemudian siswa diminta untuk memikirkan
pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
Tahap-2: Pairing
(berpasangan).
Guru meminta
siswa berpasangan dengan yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah
dipikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat
berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan atau berbagai ide jika
suatu persoalan khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru memberi waktu 4-5
menit untuk berpasangan.
Tahap-3: Sharing (berbagi).
Pada tahap akhir, guru
meminta kepada siswa untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah
mereka bicarakan. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi
pasangan dan dilanjutkansampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat
kesempatan untuk melaporkan.
Menurut Gagne, Robert M. dalam Isti H.K(2011) menyatakan bahwa konsep adalah suatu ide abstrak
yang memungkinkan kita dapat mengelompokkan objek ke dalam contoh dan non
contoh. Konsep matematika yaitu segala yang berwujud pengertian-pengertian baru
yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri
khusus, hakikat dan inti /isi dari materi matematika dalam Isti H.K(2011).
Berikut ini
indikator siswa yang memahami suatu konsep menurut KTSP (Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan) tahun 2006 :
a. Menyatakan ulang sebuah konsep.
b. Mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat-sifat
tertentu (sesuai dengan konsepnya).
c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi
matematis.
e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu
konsep.
f. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau
operasi tertentu.
g. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan
masalah.
Pemahaman terhadap konsep sangat penting
karena apabila siswa menguasai konsep materi prasyarat maka siswa akan mudah
untuk memahami konsep materi selanjutnya. Siswa yang memahami suatu konsep juga
akan dapat menyelesaikan berbagai macam persoalan dan variasinya. Namun saat
ini permasalahan yang dihadapi oleh guru adalah siswa masih mengalami kesulitan
dalam memahami konsep-konsep matematika sehingga lamban dalam menyelesaikan
soal matematika. Dengan TPS diharapkan siswa dapat
mengikuti proses pembelajaran matematika dengan menyenangkan sehingga kemampuan
pemahaman konsep.
METODE PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka jenis
penelitian ini adalah penelitian quasi
eksperimen. Dalam penelitian ini digunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Data mengenai perbandingan kemampuan pemahaman konsep
matematika diolah secara kuantitatif,
dengan menggunakan penelitian Randomized
Control Group Only Design. Pada kelas eksperimen diajar dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS
sedangkan pada kelas kontrol dilaksanakan pembelajaran
secara konvensional. Populasi Pada penelitian ini yang
menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas XI SMA Semen Padang tahun ajaran 2011/2012. Sampel dalam
penelitian ini terdiri dari dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Jenis data dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data
sekunder. Data primer Kemampuan pemahaman matematika siswa yang diperoleh dari
pemberian tes akhir untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data sekunder
meliputi data nilai UH 1 siswa kelas XI IPS SMA Semen Padang tahun pelajaran
2011/2012 untuk mata pelajaran matematika dan data jumlah siswa yang menjadi
sampel penelitian.
HASIL
PENELITIAN
Berdasarkan
hasil analisis data diperoleh deskripsi statistik dari kelas sampel. Tes akhir diikuti oleh 33 orang dari kelas eksperimen
dan 32orang dari kelas kontrol. Untuk menarik kesimpulan
tentang data yang diperoleh dari tes akhir ini, maka dilakukan analisis
statistik dengan melihat skor
rata-rata (µ) , standar deviasi (), variansi () yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Analisis Data Tes Akhir Siswa
Kelas
|
N
|
µ
|
Xmaks
|
Xmin
|
||
Eksperimen
|
33
|
21.85
|
3,36
|
0.59
|
27
|
15
|
Kontrol
|
32
|
19,13
|
4,20
|
0.74
|
25
|
10
|
Berdasarkan Tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas
eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol yaitu 21,85 dan 19,13 dan
terlihat simpangan baku pada kelas eksperimen lebih kecil daripada kelas
kontrol yakni 3,36 dan 4,20. Dengan demikian,
nilai rata-rata yang diperoleh
kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.
Namun secara umum terlihat bahwa pemahaman konsep
matematika siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol, hal ini
dapat dilihat dari tabel 2
Tabel 2.Hasil
Analisis Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen dan Kontrol
Berdasarkan Indikator
No
|
Indikator
Pemahaman Konsep
|
Kelas
Eksperimen
|
Kelas
Kontrol
|
||
1.
|
mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep
|
79,79
|
16.13
|
59,09
|
26,84
|
2.
|
menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis
|
83,03
|
13,70
|
72,72
|
16.76
|
3.
|
Menggunakan,
memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu
|
76,26
|
22,44
|
70,31
|
21.54
|
Berdasarkan
tabel di atas, dapat dilihat hasil tes pemahaman konsep siswa kelas eksperimen
dan kontrol untuk indikator
pertama, nilai
rata-rata siswa adalah 79,79
dan 59,09. Pada indikator ke-2, nilai rata-rata siswa 83.03 dan 72.72, sedangkan pada indikator
ke-3 nilai rata-rata siswa adalah 76,26
dan 70,31.
Berdasarkan analisis pada Tabel 1
dan 2 terlihat bahwa nilai rata-rata hasil
belajar siswa pada kelas eksperimen(µ1) adalah 21.85 dan rata-rata hasil belajar pada kelas
kontrol (µ2) adalah 19.13. Pada taraf nyata
hasil uji normalitas dengan menggunakan Anderson Darling diperoleh p-value untuk
kelas eksperimen 0.300 dan untuk kelas kontrol 0.132 dapat disimpulkan data
menyebar normal. Uji homogenitas dengan menggunakan uji-F diperoleh p-value
0.216 dapat disimpulkan data homogen. Uji hipotesis menggunakan uji-T diperoleh
T hitung lebih kecil dari T tabel sehingga tolak hipotesis nol. Dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep siswa yang diajar dengan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS lebih baik daripada pemahaman konsep siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional.
Berdasarkan hasil analisis data hasil tes pemahaman konsep menunjukkan
bahwa pemahaman konsep siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas
eksperimen lebih tinggi dari nilai rata-rata kelas kontrol.Selama melakukan kegiatan
penelitian, peneliti melihat bahwa siswa kelas eksperimen lebih bersemangat
dalam belajar dari pada siswa kelas kontrol. Gambaran nilai yang diperoleh pada kedua kelas sampel sejalan dengan
hasil pengamatan yang peneliti amati selama pembelajaran. Pada kelas eksperimen
siswa memiliki
kebebasan dalam berekspresi, mulai dari mengemukakan pendapat kepada guru dan
teman, mengerjakan latihan hingga mampu bersosialisasi dalam kelompoknya
masing-masing. Sehingga menimbulkan semangat lebih tinggi dalam memperhatikan dan
merespon penjelasan guru dibandingkan dengan siswa kelas kontrol. Siswa kelas
kontrol terlihat kurang bersemangat dalam belajar, cepat bosan serta mereka
tidak berusaha untuk mengembangkan kemampuan mereka. Hal ini mengindikasikan
bahwa siswa pada kelas eksperimen cukup paham dengan materi yang disajikan
akibatnya pemahaman konsep siswa pada kelas eksperimen lebih baik dari pada
kelas kontrol.
Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui
pemahaman konsep siswa yang merupakan salah satu aspek dari hasil belajar.
Dalam kemampuan pemahaman konsep ada beberapa indikator yang diperhatikan,
dalam penelitian ini peneliti hanya mengamati indikator mengembangkan syarat
perlu atau syarat cukup suatu konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk
representasi matematis dan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau
operasi tertentu.
Setelah dilakukan tes akhir pada kelas sampel, diperoleh
data mengenai kemampuan pemahaman konsep siswa. Dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS terlihat siswa sudah mampu memahami persoalan
yang diberikan. Dalam menjawab soal yang diberikan siswa sudah bisa memenuhi
ketiga indikator pemahaman konsep dengan baik. Berdasarkan hasil jawaban siswa
pada soal tes pemahaman konsep beberapa orang siswa ada yang sama baik hasil
jawabannya. Berdasarkan
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator pemahaman konsep
lebih berkembang pada kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol
meskipun perbedaannya tidak terlalu mencolok. Indikator pemahaman konsep yang paling berkembang
adalah indikator ke-2 yaitu : Menggunakan,
memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentumenyajikan konsep dalam
berbagai bentuk representasi matematis. Sedangkan indikator yang kurang
berkembang adalah indikator ke-3 yaitu menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
Ada beberapa kendala yang peneliti hadapi selama
melaksanakan penelitian ini. Kendala pertama yaitu
sulitnya mengelola kelompok, karena pada siswa cenderung ingin memilih
pasangannya sendiri karena umumnya kelompok
terdiri dari laki-laki dan perempuan, sehingga siswa merasa malu untuk saling
berinteraksi. Selain itu, sifat individual siswa yang kemampuannya lebih dan
sifat rendah diri dari siswa yang kemampuanya kurang juga menjadi kendala dalam
pengelolaan kelompok.
Kendala kedua yaitu pada saat menjawab LKS dengan
menggunakan TPS . Pada waktu LKS dibagikan siswa langsung mengerjakan soal-soal
yang ada pada LKS tanpa mengikuti aba-aba dari guru terlebih dahulu, sehingga
pada pertemuan pertama penerapan model pembelajaran Think Pair Share belum
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru. Tetapi pada pertemuan selanjutnya
siswa sudah mulai tertib dan mengikuti langkah-langkah dari model pembelajaran
Think Pair Share.
Kendala ketiga dalam
presentasi hasil diskusi, tidak semua kelompok dapat tampil untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Selain itu, keterbatasan masih ada
terlihat siswa yang malas untuk mengerjakan latihan dan membiarkan temannya
untuk mengerjakannya sendiri. Sehingga ada siswa yang mendapat nilai yang tidak sesuai
dengan kemampuannya.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarakan uraian di atas dapat
disimpulkan terlihat bahwa selama diterapkan pembelajaran kooperatif TPS
pemahaman konsep pada pembelajaran matematika siswa lebih baik baik daripada
pemahaman konsep matematika siswa yang
diajar dengan pembelajaran konvensional.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
disarankan agar Guru bidang studi matematika, khususnya guru SMA Semen Padang dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yang merupakan salah satu usaha untuk pemahaman konsep
matematika siswa.
Penelitian ini masih terbatas pada pemahaman konsep saja,
diharapkan ada penelitian lanjutannya dalam ruang lingkup yang lebih luas.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada
pihak – pihak yang telah membantu saya dalam penyelesaian tugas ini. Khusus kepada Bpk. Haris Kolengsusu, S. Pd., M. Cs. selaku dosen Matematika
Diskit saya
haturkan terima kasih banyak karena
telah meluangkan waktu beliau untuk
membuat template sebagai pedoman pembuatan artikel ataupun
makalah ilmiah yang sangat membantu saya
dalam penyelesaian makalah ini, dan dengan adanya tugas ini saya bisa
mengenal makalah ilmiah
DAFTAR PUSTAKA
Anita
Lie. 2002. Cooperative Learning
Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Muslimin Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Unesa- University Press.
Tim Penyusun. 2006. Pedoman
Model Penilaian Kelas KTSP TK-SD-SMPSMA-SMK-MI-MTs-MA-MAK. Tersedia di http:/pengertian+pemahaman+konsep+matematika/2011/01/06/ UPI-Bandung. Diakses pada tanggal 25 Januari 2012